Pada hari Kamis, 19 Januari 2023 seluruh panitia pelaksana Pengabdian PGMI Kepada Masyarakat (PPKM) 2023 mengadakan "Pelatihan Sasirangan" di Desa Bunglai dengan mengangkat tema "Lestarikan Budaya Bersama Masyarakat Banua". Pelatihan Sasirangan adalah salah satu rangkaian kegiatan dari bidang masyarakat yang bertujuan untuk melatih masyarakat desa tentang bagaimana cara pembuatan sasirangan.
Pelatihan Sasirangan ini diadakan di Balai Desa Bunglai. Yang dibuka oleh pembawa acara Muhammad Fadhilah. Dilanjutkan dengan sambutan singkat dari ketua pelaksana Pengabdian PGMI Kepada Masyarakat, saudara Bagas Fathurrahman. "Kegiatan pelatihan ini tidak semata di lakukan begitu saja. Namun diharapkan pelatihan ini dapat menjadi kegiatan rutinan masyarakat yang mana tujuan dari pelatihan tersebut adalah untuk memberdayakan masyarakat agar bisa terampil dalam mengolah kerajinan. Maka dari itu setelah mengikuti kegiatan ini masyarakat di harapkan bisa menerapkan ilmu-ilmu pelatihan sasirangan dan bisa menjadi program dari desa untuk memberdayakan Ibu-ibu warga desa Bunglai. Dan setelah pelatihan sasirangan ini juga di harapkan bisa menjadi kegiatan tambahan yang menguntungkan bagi masyarakat" ucapnya.
Acara langsung dilanjutkan dengan materi mengenai sejarah dan cara pembuatan sasirangan yang dibawakan langsung oleh Rohayat. S. Pd beserta 3 orang rekannya yang akan menjadi tim sebagai pemateri dan membantu tata cara pembuatan sasirangan.
Rohayat menjelaskan selayang pandang tentang asal mula sasirangan berdasarkan karya modul buatannya. “Menurut cerita rakyat sekitar
abad XI - XIV pada Kerajaan Dipa, dibuatlah kain Sasirangan untuk pertama kalinya manakala Patih Lambung Mangkurat bertapa selama 40 hari
40 malam diatas lanting balarut banyu, menjelang akhir tapanya rakit Patih tiba di daerah Rantau Kota Bagantung
dilihatnya seonggok/ buih serta terdengar suara wanita.
Wanita itu adalah Puteri Junjung Buih yang Kelak menjadi raja di
Banua ini, tetapi ia baru mau muncul ke permukaan setelah persyaratannya dipenuhi, yaitu Istana Batung dan Kain yang ditenun dan dicalap oleh 40 orang gadis perawan yang pengerjaannya selesai dalam satu hari. Motif yang diminta Puteri Junjung Buih untuk kain tersebut adalah
motif Padi Waringin". Itulah sejarah singkat asal usul kain Sasirangan. Arti kata Sasirangan sendiri diambil dari kata "Sa" yang berarti "Satu" dan "Sirang" yang berarti "lelujur"'. Sesuai dengan proses pembuatannya dijelujur, disimpul jelujurnya dan kemudian di celup untuk pewarnaannya.
Kegiatan ini diikuti oleh perwakilan ibu PKK yang dibagi menjadi 6 grup dengan masing-masing beranggotakan 3-4 orang.
Adapun cara pembuatan kain sasirangan diperlukan bahan berupa kain berwarna putih (bahan mori, voeloisima, katun, sutera dll) dan zat pewarna. Dan alat-alat yang terbagi menjadi :
1. Alat menggambar motif (karton, manila, duplek dan pensil 2B)
2. Alat menyirang/menjelujur (jarum tangan, benang no. 8 dan gunting)
3. Alat pewarnaan
(kompor, panci, ember/baskom plastik, sendok, pengaduk dan sarung tangan karet)
Berikut langkah-langkah proses pembuatan kain sasirangan:
- Potong kain
- Gambar motif pada kain
- Kain dijelujur
- Kain dibersihkan
- Pewarnaan
-Diamkan kain beberapa saat
- Jelujuran/ jahitan dilepas
- Pencucian
- Hasil akhir
Seluruh peserta sangat antusias dalam mengikuti rangkaian kegiatan kali ini yang menghasilkan 7 kain dengan beragam motif dan warna.
Semoga dengan diadakannya pelatihan sasirangan ini memberi manfaat bagi warga desa Bunglai, Kecamatan Aranio.
0 Komentar