Dunia dan Air

Ustadz Felix Siauw pernah berkata bahwa dunia itu layaknya seperti yang Allah sampaikan dalam surah Al-Kahfi

وَٱضۡرِبۡ لَهُم مَّثَلَ ٱلۡحَيَوٰةِ ٱلدُّنۡيَا كَمَآءٍ أَنزَلۡنَٰهُ مِنَ ٱلسَّمَآءِ

“Dan berilah perumpamaan kepada mereka (manusia), kehidupan dunia sebagai air hujan yang Kami turunkan dari langit.” 

Dari ayat diatas yang perlu kita ketahui tentang perumpaan itu adalah, bahwa air dalam jumlah tertentu dapat bermanfaat dalam kehidupan kita namun, jika air itu sudah melebihi batas maka dapat membahayakan kehidupan. Begitulah manusia, seperti kita sedang menaiki perahu yang menjadi tujuan akhirnya yaitu akhirat. Ketika air tersebut masih berada dibawah perahu yang kita tumpangi maka, perahu kita akan aman dan selamat tetapi jika air sudah masuk kedalam perahu itu maka bahaya sedang mengancam kita.

Seorang muslim tidak diminta untuk anti duniawi yang tidak diboleh ia dikendalikan oleh dunia, yang harus seorang muslim lakukan adalah mengendalikan dan memanfaatkan dunia untuk menuju tujuan akhirnya (akhirat). Maka, kita sebagai seorang muslim harus melihat dunia dengan cara yang seperti itu, perbudaklah dunia jika tidak dunialah yang akan memperbudak kita. Lalu bagaimana caranya memperbudak dunia? Suruh ia, minta ia bekerja untuk kepentingan akhirat kita, suruh ia bekerja untuk kepentingan dakwah.

Kita pasti sudah tidak asing lagi dengan hadits yang bebunyi:

رَالْفَجْرِ خَيْرٌمِنَ الدٌنْيَا وَمَا فِيهَا

“Dua rakaat fajar (shalat sunnah sebelum subuh) lebih baik daripada dunia dan seisinya.” (HR. Muslim)

Jika seandainya kita bisa mengerjakan shalat sunnah sebelum shalat subuh maka kita akan mendapatkan lebih dari dunia dan seisinya. Beberapa ulama ada yang menafsirkan itu merupakan pahala yang tidak akan bisa ditandingi dengan dunia dan isinya, ada juga yang menafsirkan bahwa keadaan yang kita jadikan memiliki sesuatu yang lebih dari dunia dan seisinya. Maksudnya disini hidup kita tidak akan diperbudak oleh urusan dunia tapi dunia harus mampu kita perbudak dengan kita jadikan kecil sesuai dengan hajat dan kebutuhan kita terhadap dunia. 

Kita jangan memandang dunia itu besar, karena jika kita memandang dunia itu besar berarti kita menunjukkan bahwa ada nafsu yang besar yang ada dalam diri kita sehingga apa yang kita lihat kita inginkan, seperti misalnya ketika teman kita memiliki sesuatu baru dan bagus secara otomatis kita juga menginginkannya, padahal kita memilikinya hanya saja tidak seperti teman kita tersebut.

Seseorang yang melakukan dua rakaat sebelum subuh itu memandang dunia kecil yang merasa bahwa “saya tidak memerlukan itu, yang saya perlukan saja yang saya ambil.” Misal, kita memerlukan makan, apa fungsi makan? Menghilangkan lapar. Yang penting makan, kan fungsinya untuk menghilangkan lapar, tidak perlu ingin makan ini ingin makan itu. Karena ketika kita merasa apa yang kita perlukan itu yang kita kerjakan, maka kita akan dicukupkan oleh Allah kepada apa yang kita perlukan saja, yang lainnya? Tidak dianggap penting. Maka, jadilah orang yang seperti ini agar hidup kita tidak capek tidak lelah hanya karena urusan dunia yang sebenarnya kita dapat kendalikan, namun kembali lagi kepada diri kita apakah bisa kita mengendalikan dunia?


Karya : tintabiru 

Posting Komentar

0 Komentar